Rabu, 03 Agustus 2011

RAHASIa di balik puasa RAMADHAN

bulan ini, umat Islam sedang menjalankan puasa
selama satu bulan penuh untuk melaksanakan
kewajiban salah satu dari rukun Islam. Perintah
berpuasa ini terdapat dalam Alquran, surat Al-
Baqarah yang berbunyi, "Hai orang-orang yang
beriman diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa".
Kalau kita perhatikan dan renungkan ayat ini
sedalam-dalamnya, kelihatannya ayat ini
mengandung arti dan tujuan tertentu, bukan
hanya karena anjuran atau imbauan begitu saja
supaya orang-orang melakukan puasa, siapa
yang mengerjakan puasa akan mendapat
ganjaran pahala, sedangkan yang tidak
melaksanakan akan mendapatkan siksa. Di dalam
ayat itu sepertinya ada suatu makna yang
tersembunyi.
Untuk ini marilah kita perhatikan kata-kata "Hai
orang-orang yang beriman". Ayat ini merupakan
satu perintah yang hanya ditujukan kepada
orang-orang yang beriman (beragama Islam).
Padahal, orang-orang yang beriman itu
barangkali sudah pasti akan menjalankan perintah
berpuasa tersebut sesuai dengan rukun Islam.
Akan tetapi, Allah SWT sepertinya masih merasa
khawatir kalau-kalau tidak melaksanakan puasa
Ramadan sebaik mungkin karena dalam ayat itu
terdapat kata-kata, "sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu". Yang menjadi
pemikiran kita ialah siapa "orang-orang sebelum
kamu" itu sehingga perlu dimasukkan ke dalam
ayat itu. Diperkirakan, apa yang dimaksud dengan
orang-orang sebelum kamu itu adalah orang-
orang yang di zaman pertama di muka bumi ini.
Orang-orang zaman kita ini termasuk orang-
orang zaman kedua.
Kemungkinan manusia zaman pertama tersebut
peradabannya sudah tinggi. Karena pengetahuan
mereka sudah tinggi tentulah cara berpikirnya
sudah lain sehingga tidak percaya lagi dengan
ajaran Tuhan. Segala sesuatu di alam dunia ini
dipandang terjadi dengan sendirinya. Dengan
ilmu pengetahuan yang mereka miliki dapatlah
mereka membuat segala seuatu yang mereka
inginkan. Mereka dapat bersenang-senang dan
berbuat sesuatu tanpa mempercayai lagi adanya
larangan Tuhan. Mereka tidak percaya lagi dengan
takdir yang mengatur alam semesta ini. Karena
perbuatan mereka yang sifatnya sudah durhaka
itu dan di mata Tuhan sudah menjadi orang-
orang yang tidak berguna lagi, turunlah azab
berupa bencana besar (hukum kausalitas) sambil
mengubah sistem kehidupan di muka bumi ini.
Hampir semua dari mereka dihapuskan tertimbun
di dalam bumi.
Manusia yang masih tinggal hidup tersebar di
muka bumi saat ini itulah manusia zaman kedua.
Jadi cukup jelas pada ayat 183 dalam surat Al-
Baqarah, selain berupa perintah juga berupa
peringatan keras jangan sampai tidak
melaksanakan puasa bagi orang-orang yang
beriman. Jangan sampai sejarah zaman pertama
itu terulang lagi.
Sekarang, yang menjadi pertanyaan kita lagi ialah
mengapa kita harus melakukan puasa? Perkara ini
sudah banyak disampaikan oleh para ulama kita.
Akan tetapi sebagai tambahan, kita harus
memahami terlebih dahulu apa arti kehidupan
ini? Kehidupan manusia di muka bumi
sebenarnya adalah untuk sementara saja, yaitu
untuk diuji. Kehidupan yang sebenarnya ialah
kehidupan di akhirat nanti, kehidupan yang kekal.
Proses pengembangan alam semesta, termasuk
proses kehidupan bumi, semuanya diatur dengan
sempurna oleh takdir yaitu hukum kausal
(kausalitas).
Manusia, khususnya orang-orang yang beriman,
akan mengalami ujian. Ujian tersebut dapat
berupa godaan yang dapat dilakukan oleh apa
yang dinamakan setan. Setan dapat disamakan
dengan penyakit bagi manusia. Setan ialah
sesuatu yang dapat merusak menusia. Yang
dapat menjadi setan ialah jin, manusia, hewan,
kuman, virus, dll. Setan berada di lingkungan
kehidupan yang selalu mengintip mangsanya,
terutama manusia.
Dalam menempuh perjuangan hidup, manusia
selalu mendapat rintangan sehingga harus
bekerja keras dan mengalami pengorbanan. Di
dalam surat Al-'Ashr, Allah mengatakan bahwa
sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian. Penyakit (setan) masuk ke badan
manusia terus ke perut melalui mulut, hidung,
mata, telinga, dan lubang lainnya. Penyakit yang
paling berbahaya bagi manusia ialah penyakit hati
atau penyakit mental. Penyakit setan ini
bersemayam di simpul-simpul saraf yang
memengaruhi cara berpikir manusia dan proses
pertumbuhan badan. Penyakit hati tersebut
misalnya, penyakit lemah iman, sering bohong,
suka menipu, suka maling dan korupsi, suka zina,
malas kerja. Penyakit ini dapat disembuhkan
hanya dengan jalan berpuasa.
Pertanyaan berikutnya ialah mengapa puasa
mesti dilaksanakan pada bulan Ramadan? Salah
satu sebabnya sudah jelas bahwa Rasulullah
saw., bersabda, "Ramadan adalah bulan suci
yang penuh berkah, rahmat dan ampunan".
Ditambah lagi surat Al-Baqarah mengatakan
bahwa Malam Qadar lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk
mengatur segala urusan. Dari ayat ini jelas
kelihatan bahwa Tuhan dengan penuh kasih
sayang-Nya setiap satu tahun sekali mengadakan
evaluasi kepada sistem kehidupan di muka bumi
ini dan sekaligus mengadakan perbaikan. Tanah
yang sudah mulai kurang subur disuburkan
kembali. Tumbuh-tumbuhan dan tanaman
menjadi segar memberikan buah-buahan yang
lebat guna memakmurkan hewan dan manusia.
Peternakan berkembang biak. Manusia yang
sudah mulai kena stres disegarkan kembali agar
dapat bertakwa, yaitu agar dapat menjalankan
perintah Allah dengan penuh keikhlasan dan
menjauhi larangan-Nya.
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Orang-orang yang melaksanakan puasa dalam
bulan Ramadan dapat diibaratkan sebagai sebuah
mobil yang menjalani perbaikan (reparasi) besar-
besaran (turun mesin). Ramadan dikatakan bulan
suci yang penuh berkah (energi dan rezeki) dan
ampunan (penyembuhan). Kalau kita tinjau secara
ilmiah, Tuhan menurunkan malaikat-malaikat ke
bumi dapat diartikan sebagai memberikan energi
baru kepada sistem kehidupan di muka bumi.
Energi ini berupa radiasi (penyinaran) matahari
yang penyebarannya secara meluas sehingga
memberikan hawa segar kepada kehidupan.
Penyinaran ini terjadi sepanjang bulan Ramadan.
Puncak penyinaran terjadi pada malam Qadar,
mungkin tatkala terjadi transit antara planet-planet
dengan matahari.
Malam Qadar lebih baik dari seribu bulan. Kalau
kita renungkan kata-kata ini secara logis, kelihatan
bahwa Tuhan mengevaluasi dan memperbaiki
sistem kehidupan di bumi ini bukan hanya setiap
satu tahun sekali, melainkan pula dilakuakn dalam
setiap seribu bulan sekali. Seribu bulan sama
dengan kira-kira 83 tahun. Bedanya dengan
kejadian pada malam Qadar, pada tiap seribu
bulan sekali selain terjadi perbaikan sistem
kehidupan juga terjadi perombakan secara besar-
besaran, yang kadang-kadang berupa bencana
besar seperti gempa, ledakan gunung berapi,
badai dan topan, gelombang pasang, dan
gelombang panas.
Secara ilmiah, ini terjadi disebabkan juga oleh
gravitasi secara radiasi matahari yang sebenarnya
terpusat ke muka bumi, yang kadang-kadang
dapat menimbulkan pembakaran, diperkirakan
seperti terjadi di daerah Tunguskha Siberia pada
tahun 1908. Akibat perbesaran radiasi matahari
dapat memecahkan planet-planet menjadi batu-
batu meteor. Batu-batu meteor ini dapat
berjatuhan di muka bumi. Batu-batu itu dapat
dipakai Allah untuk membinasakan kaum durhaka
di zaman Nabi Luth di negeri Sodom dan
Gomorah. Di samping batu-batu yang berjatuhan
juga mereka dihantam oleh ledakan-ledakan petir
yang membakar hangus, mereka musnah tanpa
kesempatan untuk mengelak dan mendebat.
Ancaman yang demikian senantisa tersedia untuk
setiap bangsa yang durhaka, yang tidak peduli
dengan larangan Tuhan lagi. Hanya Allah yang
dapat menentukan bangsa durhaka mana yang
akan disiksanya di muka bumi ini. Tentara gajah
di zaman sebelum kelahiran Muhammad saw.,
telah dimusnahkan oleh batu-batu panas yang
berjatuhan, musnah bagaikan debu kering karena
mereka akan meruntuhkan Kakbah di Mekah dan
mereka menentang agama Ibrahim.
Simpulannya, pada bulan Ramadan terjadi
perbaikan sistem kehidupan tanpa hukuman.
Mudah-mudahan bangsa kita jangan menjadi
kaum durhaka yang akan mendapat siksaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar